Kamis, 25 Desember 2014

HUMAN IN POLITICS STRAW : Politik Menjadi Raja

 POLITIK MENJADI RAJA ??

Bangsa kita terlalu bangga dengan demokrasi, bangsa kita terlalu antusias dengan apa yang dinamakan politik demokrasi atau demokrasi politik. Kebanggan itu kadang menjadi berlebihan, sehingga apa saja dalam kehidupan bangsa ini dipolitisir, akibatnya segala sesuatunya bernuansa politik. Kekuatan politik mungkin saja dapat disebut salah satu simbol kekuatan Indonesia. Namun, yang jadi pertanyaan adalah apakah itu kekuatan politik membangun atau malah kekuatan politik menghancurkan.
Dingeri kita ini, politik dijadikan alat untuk mencapai keinginan, politik kadang menjadi raja lalim yang menjajah sesamanya. Apakah ini merupakan bibit kehidupan bangsa kita pasca berakhirnya kekuasaan kolonial belanda, atau memang tabiat bangsa kita ingin tampil namun bertindak keliru?

Fenomena bangsa kita adalah, "GAGAL". Gagal dalam mendidik moral anak bangsa, gagal mengawasi pengurus negara yang bertindak sesuka hati. Dimana keberanian kita menetapkan kebenaran? Dimana kemampuan kita untuk merdeka dari ketidakadilan, Dimana wibawa kita sebagai negara yang berdaulat, memiliki hukum dan undang-undang, nyatanya kedaulatan tidak lagi dihargai oleh pendaulatanya, hukum dan undang-undang direvisi untuk menguatkan kepentingan.
Bila raja berpolitik, tentu itu merupakan kemajuan. Artinya, raja membuka dirinya untuk kehidupan politik, namun bila politik menjadi raja, tentu hal ini sebuah kemunduran. Lihatlah negara-negara damai yang digempur kekuatan politik, hancur berkeping-keping menyisakan reruntuhan moral, apakah hal seperti pantas dinegeri kita?

HUMAN IN POLITICS STRAW : Kemunafikan Politik

Kemunafikan Politik

Kemunafikan biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu (agama atau kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya, ia bermuka dua. 

Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya, kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan adalah ketidakjujuran.


Kalau kita jeli, festival kemunafikan cukup mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Contoh, biaya resmi pengurusan KTP di seluruh provinsi di Indonesia biasanya sangat murah, bahkan di beberapa daerah malah gratis. Paling mahal lima ribu rupiah. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang membayar sesuai dengan ketentuan. Lebih banyak orang yang membayar puluhan bahkan ratusan ribu untuk sebuah KTP yang ketentuan pembayarannya tidak lebih dari lima ribu rupiah. Ini bukti bahwa kebanyakan pemerintah daerah munafik. Mengapa tidak menetapkan harga yang lebih pantas (misal 20 ribu), namun dengan jaminan pelayanan yang prima, ketimbang menggratiskan atau mengutip bayaran sangat murah tetapi pada prakteknya tidak dijalankan dengan semestinya. Akibatnya, pelayanan bertele-tele dan birokratis hingga akhirnya memunculkan celah bagi “oknum” untuk memaksakan pungutan yang jauh lebih besar ketimbang biaya resmi yang ditetapkan.

Selasa, 23 Desember 2014

HUMAN IN POLITICS STRAW


Sekilas tentang POLITIK :

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk monodualis, artinya selain sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan makhluk yang pada dasarnya ingin selalu bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lain, sehingga terbentuklah apa yang disebut masyarakat. Diantara hubungan yang dilakukan antarmanusia terdapat suatu hubungan yang sangat mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Hubungan tersebut adalah hubungan politik. 

Bagaimana sebenarnya keterkaitan hubungan politik di tengah masyarakat ???

HUMAN IN POLITICS STRAW adalah sebuah kalimat yang saya buat untuk menggabarkan keterkaitan tersebut. Human in politics straw atau dalam istilah bahasa Indonesia "MANUSIA DALAM JERAMI POLITIK" akan menggabarkan bagaimana kehidupan masyarakat saat ini ditengah guncangan politik yang tidak stabil. Rakyat kecil yang tertindas dan dikorbankan tak jarang dihibur dengan bahasa yang manis dan eufemistik, hingga akhirnya rakyat merasa tidak lagi tertindas, ternistakan, dan dikorbankan. Dalam konteks demikian, Masyarakat dalam politik telah dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk menggapai ambisi dan kepentingan tertentu.