Kemunafikan Politik
Kemunafikan
biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu
(agama atau kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan perbuatannya, ia bermuka dua.
Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya, kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan adalah ketidakjujuran.
Kalau kita jeli, festival kemunafikan cukup mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Contoh, biaya resmi pengurusan KTP di seluruh provinsi di Indonesia biasanya sangat murah, bahkan di beberapa daerah malah gratis. Paling mahal lima ribu rupiah. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang membayar sesuai dengan ketentuan. Lebih banyak orang yang membayar puluhan bahkan ratusan ribu untuk sebuah KTP yang ketentuan pembayarannya tidak lebih dari lima ribu rupiah. Ini bukti bahwa kebanyakan pemerintah daerah munafik. Mengapa tidak menetapkan harga yang lebih pantas (misal 20 ribu), namun dengan jaminan pelayanan yang prima, ketimbang menggratiskan atau mengutip bayaran sangat murah tetapi pada prakteknya tidak dijalankan dengan semestinya. Akibatnya, pelayanan bertele-tele dan birokratis hingga akhirnya memunculkan celah bagi “oknum” untuk memaksakan pungutan yang jauh lebih besar ketimbang biaya resmi yang ditetapkan.
Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya, kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan adalah ketidakjujuran.
Kalau kita jeli, festival kemunafikan cukup mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Contoh, biaya resmi pengurusan KTP di seluruh provinsi di Indonesia biasanya sangat murah, bahkan di beberapa daerah malah gratis. Paling mahal lima ribu rupiah. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang membayar sesuai dengan ketentuan. Lebih banyak orang yang membayar puluhan bahkan ratusan ribu untuk sebuah KTP yang ketentuan pembayarannya tidak lebih dari lima ribu rupiah. Ini bukti bahwa kebanyakan pemerintah daerah munafik. Mengapa tidak menetapkan harga yang lebih pantas (misal 20 ribu), namun dengan jaminan pelayanan yang prima, ketimbang menggratiskan atau mengutip bayaran sangat murah tetapi pada prakteknya tidak dijalankan dengan semestinya. Akibatnya, pelayanan bertele-tele dan birokratis hingga akhirnya memunculkan celah bagi “oknum” untuk memaksakan pungutan yang jauh lebih besar ketimbang biaya resmi yang ditetapkan.
Contoh lain, biaya
perkara di pengadilan. Masih ingat kasus Susno Duadji, jendral yang sempat
buron karena menganggap putusan kasasi yang diterimanya tidak mencantumkan
perintah penahanan terhadap dirinya. Dalam putusan itu, Susno “hanya”
diwajibkan membayar biaya perkara. Anda tahu, berapa biaya perkara yang harus
ia bayar? Rp. 2.500. Ya, hanya seharga dua batang rokok kretek merek ternama.
Bagaimana mungkin kasasi yang memakan waktu berbulan-bulan, bahkan dalam banyak
kasus lain sampai tahunan, hanya menghabiskan biaya seharga air mineral
botolan? Ini bukti lain kemunafikan negara yang tidak pernah menyesuaikan nilai
riil biaya perkara pengadilan. Bagi orang yang pernah terlibat secara langsung
dengan pengadilan akan tahu bahwa untuk mendapat salinan keputusan, pihak yang
berperkara harus membayar jutaan rupian kepada “oknum”. Tanpa uang pelican yang
memadai, jangan harap salinan keputusan ini akan didapatkan. Ini bukti
kemunafikan yang umum terjadi di lingkungan peradilan.
Dalam kancah
perpolitikan saat ini, praktek kemunafikan nampuk jauh lebih mengkhawatirkan.
Para elit politik tanpa malu berkoar-koar tentang kepentingan rakyat dan selalu
mengklaim betapa besar perjuangan dan pengorbanan mereka demi rakyat.
Kenyataannya kegarangan dan keberanian mereka menekan penguasa (eksekutif)
adalah upaya terselubung yang sistematis untuk mengeruk APBN demi pundi-pundi
dan lumbung kekayaan mereka. Di televisi dan media lain, para politisi munafik
ini bersilat lidah dengan mengatasnamakan rakyat. Di balik layar, perilaku
mereka korup dan serakah. Bila perlu mereka membawa-bawa bendera agama untuk
memuluskan perilaku korup tersebut. Kasus pengadaan Alquran di Kementrian Agama
dapat dijadikan contoh yang akurat. Bayangkan, sebuah kementrian yang menangani
persoalan moral dan dimaksudkan untuk menanamkan dan mempraktekan nilai-nilai
keagamaan ternyata menjalankan tata kelola yang korup.
Kalau kita
jeli, festival kemunafikan cukup mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan.
Contoh, biaya resmi pengurusan KTP di seluruh provinsi di Indonesia biasanya
sangat murah, bahkan di beberapa daerah malah gratis. Paling mahal lima ribu
rupiah. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang membayar sesuai dengan
ketentuan. Lebih banyak orang yang membayar puluhan bahkan ratusan ribu untuk
sebuah KTP yang ketentuan pembayarannya tidak lebih dari lima ribu rupiah. Ini
bukti bahwa kebanyakan pemerintah daerah munafik. Mengapa tidak menetapkan
harga yang lebih pantas (misal 20 ribu), namun dengan jaminan pelayanan yang
prima, ketimbang menggratiskan atau mengutip bayaran sangat murah tetapi pada
prakteknya tidak dijalankan dengan semestinya. Akibatnya, pelayanan
bertele-tele dan birokratis hingga akhirnya memunculkan celah bagi “oknum”
untuk memaksakan pungutan yang jauh lebih besar ketimbang biaya resmi yang
ditetapkan. - See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/kemunafikan-politik.html#sthash.Vh2uYq7n.dpuf
Kemunafikan biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu (agama atau
kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik
adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perbuatannya; ia bermuka dua. Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena
hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik
batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu
dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa
dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya,
kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan
adalah ketidakjujuran. - See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/kemunafikan-politik.html#sthash.Vh2uYq7n.dpuf
Kemunafikan biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu (agama atau
kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik
adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perbuatannya; ia bermuka dua. Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena
hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik
batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu
dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa
dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya,
kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan
adalah ketidakjujuran. - See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/kemunafikan-politik.html#sthash.Vh2uYq7n.dpuf
Kemunafikan biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu (agama atau
kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik
adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perbuatannya; ia bermuka dua. Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena
hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik
batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu
dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa
dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya,
kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan
adalah ketidakjujuran. - See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/kemunafikan-politik.html#sthash.Vh2uYq7n.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ketentuan Berkomentar :
1. Sopan dan tidak mengunjing
2. Tidak menggunakan Anonymous
3. Budayakan meninggalkan pesan setelah membaca